Anak, Aset Masa Depan Bangsa. Lindungilah

Oleh Drs. I Ketut Suweca, M.Si


Belakangan ini kasus pemerkosaan anak-anak SD terjadi berturut-turut di Denpasar. Pada awalnya polisi mengalami kesulitan mengetahui identitas si pelaku. Kini, satu diantara mereka sudah ditangkap. Kini polisi masih memburu pelaku-pelaku lainnya. Gaung pemerkosaan terhadap anak-anak SD ini bahkan sampai di gedung DPR RI. Salah seorang anggota Komisi III saat rapat kerja dengan Kapolri dan jajarannya baru-baru ini, meminta Kapolri untuk lebih memberi perhatian terhadap masalah ini, dan secepatnya menangkap dan menghukum pelakunya. Kasus pemerkosaan ini sungguh sangat memprihatinkan. Lantas, apa yang bisa dilakukan untuk mencegah kasus-kasus pemerkosaan seperti itu terulang lagi? Ada empat hal yang berkaitan dengan peran yang perlu diperhatikan dalam mencegah tangkal terulangnya kasus seperti itu. Tidak hanya untuk memproteksi anak-anak SD, juga anak-anak remaja kita.
Pertama, peran si anak sendiri. Ia harus dibekali kemampuan untuk cepat tanggap terhadap situasi dan segera menghindari kemungkinan terjadinya pemerkosaan, misalnya dengan berteriak, menggigit, berlari, bahkan bisa dalam kepepet dapat memukul atau menendang kemaluan pelaku. Yang lebih penting lagi, ia harus dengan tegas dan berani mengatakan “tidak” terhadap iming-iming hadiah atau ajakan jalan-jalan. Anak hendaknya juga bisa menolak kalau si ‘calon pelaku’ mengaku menjemput karena disuruh orang tua, dan lain-lain modus yang patut dicurigai. Ada baiknya si anak belajar ilmu beladiri sehingga lebih memungkinkan untuk melindungi dirinya sendiri. Sikap “awas lan waspada” mesti ditanamkan pada diri si anak. Akan tetapi, jangan over dosis, karena ini dapat memunculkan rasa curiga dan rasa takut yang berlebihan pada si anak.
Kedua, peran keluarga. Keluarga, terutama para orang tua, hendaknya membekali anak-anak dengan sejumlah nasehat atau petunjuk seputar masalah ini. Berbarengan dengan itu, ciptakan suasana nyaman, damai, dan penuh kasih sayang di dalam keluarga. Ini penting, agar anak betah di rumah dan tidak cenderung keluyuran ke luar rumah. Suasana yang harmonis di dalam keluarga akan menciptakan kondisi positif bagi kejiwaan anak, yang mendorongnya untuk tumbuh dewasa dengan baik dan cerdas dalam menghadapi masalah. Jadi, perkuat di dalam keluarga, sehingga anak lebih siap mengantisipasi gangguan di luar.
Ketiga, peran sekolah. Hendaknya sekolah benar-benar memberikan proteksi terhadap para siswa di lingkungannya. Mulai dari kepala sekolah, guru-guru, hingga pegawai sekolah ada baiknya mengenal para siswa yang belajar di sekolah tersebut. Satuan pengamanan (satpam) di sekolah berperan penting, terutama saat siswa ke luar sekolah setelah jam pelajaran selesai. Di jalan raya, peran aparat kepolisian juga tidak kalah pentingnya dalam menjaga dan melindungi generasi belia bangsa ini. Ciptakan suatu sistem penangkal di sekolah yang dapat menutup kemungkinan terjadinya gangguan dan ancaman terhadap para siswa.
Keempat, peran lingkungan (masyarakat). Kepekaan masyarakat terhadap kemungkinan terjadinya gangguan di lingkungannya sangatlah urgen. Sikap apatis, tak ambil peduli atau acuh tak acuh terhadap keadaan sekitar, sudah tidak tepat lagi. Apalagi mengingat Bali sekarang sudah sangat plural/heterogen, sudah dikerubungi oleh kaum urban (pendatang). Kepedulian terhadap lingkungan, kesediaan kerjasama dan koordinasi dengan pihak-pihak terkait di lingkungan/wilayah setempat sangat diperlukan untuk memproteksi segala macam gangguan atau ancaman yang mungkin terjadi terhadap anak-anak.
Anak adalah aset masa depan bangsa. Ia adalah tumpuan harapan kita. Masa depan bangsa ini ada di tangannya. Oleh karena itu, saat ia bertumbuh, mari kita lindungi dia, rawat dia, berikan pendidikan dengan baik, sehingga anak-anak kita beranjak dewasa dengan sempurna dan dapat diandalkan.

0 Response to "Anak, Aset Masa Depan Bangsa. Lindungilah"

Posting Komentar