Ketika Kesulitan Mendera Kita

Oleh I Ketut Suweca

Senang dan susah itu berkawan baik. Tidak ada hidup yang tanpa pernah mengalami kesulitan. Tidak ada perjalanan hidup yang, senang-senang saja, lurus-lurus saja. Tetapi, tentu ada kelokannya, ada naik-turun, ada bagian jalan yang berbatu, bahkan ada bagian yang terjal. Masih syukur, ada sedikit jalan yang datar dan lurus yang memungkinkan kita menarik nafas dengan tenang.
Begitulah kehidupan, susah-senang, pahit-manis bergandengan. Karena itu sudah menjadi elan kehidupan dan sebagian besar tidak dapat dihindari, maka kitalah yang pintar-pintar mengelola diri kita. Dengan pengelolaan diri, kita tidak terlalu diombang-ambingkan oleh kehidupan. Ini tentu persoalan yang tidak mudah, tetapi harus dijalani.
Saya menyaksikan orang yang sedang kesusahan menuduh Tuhan tidak adil. Bagi orang ini, seakan-akan hanya dialah yang paling sengsara di muka bumi ini. Baginya, tidak ada orang susah dan sulit hidupnya sesulit dan sesusah dia. Tuhan dirasakannya tidak adil, dengan mengeluh mengapa ‘hanya’ dia yang dibebani kesusahan seperti yang dialaminya.
Hidup memang tidak terdiri atas susah-susah melulu atau senang-senang saja. Keduanya silih berganti menghampiri kita. Adakah kita ingat dengan Tuhan tatkala kita sedang hidup senang dan makmur? Apakah kita baru ingat dan memanggil-manggil Tuhan hanya tatkala kita sedang dalam kesulitan? Kita sendiri yang dapat menjawabnya.
Ketika kita susah kita menghendaki Tuhan berkenan menolong kita, tapi tatkala kita hidup senang mungkin diantara kita lupa kepadaNya.
Apapun keadaan kehidupan kita, mungkin sebaiknya kita selalu bersyukur. Bersyukur atas apapun yang sudah kita terima. Hal-hal yang utama dan bahkan urgen yang telah kita nikmati, kadangkala kita lupa mensyukurinya. Seperti, ketika kita bangun pagi masih sehat, ketika anak-anak bisa bersekolah dengan baik, ketika kita dapat bekerja dengan baik dan mendapatkan sejumlah uang untuk makan. Juga tatkala kita dapat menghirup nafas dari udara segar di pagi hari. Hal-hal yang nampaknya biasa itu acap terlupakan untuk kita syukuri.
Sebaliknya, kita mungkin lebih sering mengeluhkan keadaan yang tidak sesuai dengan keinginan kita, kita mengeluhkan segala sesuatu yang belum kita dapatkan, kita menggerutu karena banyak hal yang belum kita peroleh sesuai dengan keinginan.
Mungkin ada baiknya kita mengurangi frekuensi berkeluh-kesah, dan sebaliknya memperbanyak bersyukur atau berterima kasih atas segala apa yang telah dikaruniakan Tuhan kepada kita. Dengan banyak bersyukur, kita akan terarah ke pikiran-pikiran positif. Dan, pikiran-pikiran positif itu akan membantu kita mencapai kehidupan yang lebih baik. Kita menjadi lebih tenang dan damai menjalani hidup, memaklumi bahwa susah-senang itu berdampingan, dan dapat menjalani hidup yang lebih berkualitas. ***

0 Response to "Ketika Kesulitan Mendera Kita"

Posting Komentar