Hanya Hari Ini Milik Kita

Oleh I Ketut Suweca

“Kenyataan hari ini adalah mimpi hari kemarin. Mimpi hari ini
adalah kenyataan hari esok.” (Hasan Al Bana)


Perhelatan sepak bola Piala AFF 2010 cukup lama usai. Mungkin kita masih terngiang dengan gegap gempita suporter pendukung Tim Merah Putih. Dukungan meluap deras bak air bah. Luar biasa. Hal ini menampakkan betapa kita semua mencintai negeri ini dengan semangat keindonesiaan sejati. Di situ ada harapan menjadi pemenang, walau pada akhirnya harus mengakui keunggulan Tim Nasional Malaysia di babak final. Score lag kedua yang diharapkan minimal 0-4, atau 1-5 untuk bisa menang bagi Indonesia, tidak menjadi kenyataan. Walapun pada akhirnya Tim Merah Putih kalah, namun acungan jempol patut kita berikan kepada mereka. Para pemain, pelatih, dan seluruh komponen yang berkontribusi dalam mencapai prestasi tersebut, apapun hasilnya, tetap kita hargai. Mereka telah berjuang keras mencapai hasil yang optimal. Tim Nasional Indonesia sudah berbuat sebaik yang mereka mampu. Dalam sepak bola ada yang menang dan kalah, itu hal yang biasa. Jangan ada saling menyalahkan. Yang terpenting, Tim Merah Putih sudah berlaga dengan menjunjung tinggi sportivitas. Demikian pula para suporter yang dengan sepenuh hati memberikan dukungan. Dan, dalam setiap pertandingan, kita mesti siap kalah dan siap menang. Bukan melulu siap menang, sehingga kalau kalah, lalu membuat keributan seperti acap terjadi dalam Pemilukada.
Kalau kini kita masih saja kalah, toh tetap masih ada waktu untuk berbenah. Kalah tak berarti kiamat. Yang diperlukan ke depan adalah melakukan pembenahan: menyatukan pikiran dan menyamakan langkah untuk membangun persepakbolaan di negeri ini. Dari ratusan juta penduduk Indonesia pasti ada yang benar-benar berbakat atau berpotensi dan siap diasah menjadi pemain bola level nasional. Ini penting sebagai bentuk pembinaan generasi pemain muda (youth development) lapis kedua. Para pemain yang ada sekarang pun mesti berlatih kian keras dan kontinyu untuk menghadapi event sejenis di masa mendatang. PSSI yang paling bertanggung jawab terhadap persebakbolaan juga seyogianya berbenah diri ke dalam. Jadikan kekalahan ini sebagai cemeti pemacu diri untuk berusaha lebih keras dan cerdas di masa datang. Jangan pernah berputus asa, karena keputusasaan adalah ciri kelemahan. Jangan lagi ada yang menohok pihak-pihak tertentu untuk dijadikan kambing hitam atas ketidakberhasilan menjuarai Piala AFF ini. Yang penting dan mendesak adalah menyusun strategi dan program yang menyangkut masa depan sepak bola kita. Sepak bola kita tak boleh terus-menerus menjadi pecundang, suatu saat pastikan bakal jadi pemenang.
Penghiburan dan Keberanian Bermimpi
Pertandingan sepak bola Asia Tenggara itu telah sempat memberikan kita penghiburan di tengah-tengah tumpukan problema di negeri ini, seperti bencana alam, korupsi, TKW, video porno artis, dan banyak lagi. Lega rasanya dapat bersantai untuk istirahat sejenak dari hiruk-pikuk persoalan itu. Akan tetapi, kini perhelatan sepakbola telah usai. Apa yang akan terjadi kemudian? Apa yang bakal dikerjakan kemudian? Kita mungkin perlu membuka kembali file permasalahan yang, dalam beberapa waktu, kita tutup dan lupakan sementara. Dengan berupaya menyemangati diri, kita harus mencari jalan untuk memecahkan masalah yang masih belum tertuntaskan. Di samping masalah yang sudah ada di arsip tersebut, mungkin tak lama lagi akan mencuat kasus atau issue baru yang tak kalah menariknya. Daripada menunggu issue itu, lebih baik kita fokus untuk mengurai benang kusut yang ada di depan mata yang segera butuh penanganan.
Satu hal yang menjadi pegangan kita di awal tahun 2011 ini adalah perlunya keberanian untuk bermimpi. Bermimpi mengenai goal yang berharga yang hendak kita tuju, setelah memahami terlebih dahulu dimana kita berada, kini. Termasuk menentukan apa yang perlu kita lakukan untuk mencapai tujuan itu? Seperti dikatakan Hasan Al Bana sebagaimana dikutip di atas bahwa “kenyataan hari ini adalah mimpi hari kemarin. Mimpi hari ini adalah kenyataan hari esok.” Jadi, kini saatnya kita merajut mimpi, dan berjuang mengusahakannya menjadi kenyataan. Kegairahan hidup ada pada mimpi-mimpi itu, karena mimpi itu membawa kita kepada tantangan untuk mencapai kemajuan. Tanpa mimpi, hidup akan terasa tak berguna, hambar, dan tidak jelas akan menuju ke mana. Maka, mari kita bermimpi seraya berjuang mencapainya.
Berpikir Positif
Berpikir positif adalah bekal kehidupan menyongsong masa depan. Berpikir positif artinya melihat segala sesuatu secara positif dan konstruktif, jauh dari praduga atau syak wasangka. Berpikir positif meliputi tiga tataran: berpikir positif terhadap diri sendiri, orang lain, dan Tuhan. Berpikir positif terhadap diri sendiri adalah dengan memandang diri dengan penuh keimanan, bahwa ada potensi besar dalam diri kita sendiri. Ada kekuatan Tuhan yang mahadahsyat yang membentuk kekuatan kita sebagai insan ciptaanNya. Jangan pernah kita menganggap remeh diri, menganggap segala sesuatunya tidak mungkin kita capai, dan selalu merasa tak berdaya. Jika kekuatan Tuhan bersama kita karena kita berada di dalam rel yang diberkatiNya, kekuatan macam apa yang mampu mengalahkannya?
Berpikir positif juga terhadap orang lain. Dengan begitu, kita akan membuka diri kepada orang, saling percaya, membangun kerjasama, dan membentuk sinergi, sekaligus membuang habis kecurigaan dan permusuhan. Dengan berpikir positif terhadap orang lain, kita akan merasa hidup lebih nyaman dan tenteram berada dalam masyarakat yang peduli dengan solidaritas tinggi. Jika sudah tumbuh saling percaya (trust) dalam masyarakat, niscaya segala tujuan menjadi lebih mudah dicapai.
Tak kalah pentingnya adalah berpikir positif terhadap Tuhan. Masih ada orang yang menyangsikan kebesaran Tuhan tatkala ia ditimpa masalah berulangkali. Bahkan menyatakan Tuhan itu sudah mati. Hendaknya kita selalu meyakini, dalam kondisi apapun, Tuhan senantiasa bersama kita. Hanya kita, manusia yang sering khilaf dan melupakanNya, lupa berserah diri dan memohon petunjuk dan bantuanNya. Bahkan mungkin kita telah meragukan keadilan dan kehadiranNya. Jadi, berpikir positif terhadap Tuhan adalah berpikir bahwa apa saja yang kita alami adalah atas karunia Tuhan dan itulah yang terbaik buat kita. Sekaligus juga hasil dari karma kita sendiri.
Hari Ini Milik Kita
Ada ungkapan, “barangsiapa yang hari ini lebih baik daripada hari kemarin, maka ia merupakan orang yang beruntung. Kalau sama saja, dia adalah orang yang merugi. Kalau lebih buruk, dia adalah orang yang celaka.” Milik kita hanya hari ini! Kita hanya bisa berpikir, berkata, dan berupaya pada ‘hari ini’. Kita tak bisa merubah hari kemarin karena sudah lewat. Hari kemarin sudah menjadi masa lalu. Karena itu, tak perlu menjadikan hari kemarin sebagai beban yang harus dipikul pada hari ini. Hari esok adalah hari yang belum datang, belum jadi kenyataan, masih samar-samar. Karenanya, tak layak kalau kita khawatirkan hari esok pada hari ini. Rugi dan membuang waktu percuma. Mari isi setiap ‘hari ini’ dengan sebaik-baiknya sehingga kita menjadi lebih baik dari waktu ke waktu. Hanya hari ini milik kita, milik kita hanya hari ini! Tabuh genderang dan tiupan sangkakala Tahun Baru 2011 menyambut kita. Mari bergegas berbenah diri, tak terkecuali dalam urusan bola di negeri ini. ***

0 Response to "Hanya Hari Ini Milik Kita"

Posting Komentar