Membangun dan Menjaga Bali

Oleh Drs. I Ketut Suweca, M.Si

Berapa target pertumbuhan ekonomi Bali tahun 2010? Apakah 5%, 5,5%, atau  6%? Berapapun tingkat pertumbuhan yang diharapkan tentu didasarkan pada kajian terhadap  trend tahun-tahun sebelumnya, juga melihat perkembangan ekonomi Bali terakhir, dan perkiraan kemungkinan pencapaian target pertumbuhan jika persentase pertumbuhan itu dipasang.  Dalam hubungan ini, tentu saja aspek pemerataan kue pembangunan tidak boleh dilupakan, sehingga dapat diperkecil gap pembangunan  antardesa dan kota, antar-Kab dan Kota di Bali. Aspek pemerataan itu perlu terus-menerus diusahakan untuk meminimalkan ketimpangan  pembangunan Bali, di samping aspek pertumbuhan.

Yang penting dalam konteks membangun Bali adalah penerapkan konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Artinya, Bali dibangun dengan  memperhatikan kepentingan masa kini dan masa depan. Generasi masa depan mesti mendapatkan dampak positif dari kemajuan yang dicapai saat ini, sumber daya yang ada tetap terpelihara dengan baik untuk diwariskan kelak kepada generasi masa depan.

Untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan, diperlukan upaya-upaya yang mengurangi  eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan dengan dalih pertumbuhan ekonomi. Hindari pembabatan hutan (deforestrasi), hindari prilaku mengakibatkan polusi air dan udara, batasi  juga pengerukan galian C yang dapat merusak tatanan lingkungan, dan hal-hal lainnya yang sejenis. Penyuluhan dan penegakan hukum sangat diperlukan. Usaha-usaha penyembuhan/pemulihan terhadap sumber daya alam yang sudah terlanjur rusak harus juga dilakukan dengan sungguh-sungguh. Pembangunan yang semata-mata mengejar pertumbuhan melalui industrialisasi besar-besaran pasti berdampak buruk terhadap alam lingkungan.

Kalau demikian, apa upaya yang dapat dilakukan agar sejalan dengan program pembangunan yang berkelanjutan itu? Jawaban yang paling mungkin adalah dengan lebih memperhatikan sektor pertanian dalam arti luas, termasuk di dalamnya mendorong muncul dan berkembangnya usaha-usaha berskala mikro yang mengolah hasil-hasil pertanian sehingga mimiliki nilai tambah (value added) lebih tinggi.  Pengembangan sektor petanian sejalan dengan upaya pelestarian alam lingkungan. Betapa indahnya kalau para petani dapat bertani dengan baik, sekaligus menjaga dan merawat ibu pertiwi, tanah Bali. Sektor pertanian adalah pilihan terbaik,  kendatipun disadari akan cukup banyak tantangan/hambatannya dalam proses menuju keberhasilan.

Apa yang dapat dilakukan untuk mengembangkan sektor ini? Pertama,  dibutuhkan adanya komitmen  bersama untuk mengembangkan pertanian Bali, termasuk  kemauan politik (goodwill) dari pemerintah pusat dan daerah untuk melakukan revitalisasi sektor pertanian. Kedua, anggaran untuk sektor pertanian dialokasikan lebih besar dibandingkan dengan  sebelumnya. Melalui APBN, APBD Prov. dan Kab./Kota se-Bali dapat dialokasikan dana yang lebih banyak lagi untuk sektor pertanian. Tanpa dana yang mendukung, wacana dan semangat saja belum  cukup. Dengan anggaran yang lebih memadai, diharapkan dapat ditingkatkan kualitas sdm petani, dimanfaatkannya teknologi yang lebih maju dan ramah lingkungan, diperbaiki/dibangunnya sarana dan prasarana pertanian, dikembangkannya berbagai riset yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan kualitas hasil pertanian. Juga,  terbantunya permodalan serta pemasaran hasil pertanian dan produk olahannya. 


Dengan begitu, sektor pertanian lambat laun akan benar-benar menjadi sektor basis bagi sektor-sektor pembangunan lainnya, di samping terciptanya ketahanan pangan bagi Bali. Pada saat resesi ekonomi, sektor pertanian akan dapat menjadi menjadi  juru selamat, tempat masyarakat Bali pada umumnya bertahan dari gempuran kesulitan hidup. Bukankan beberapa tahun lalu, tatkala pariwisata sempat terpuruk karena dampak bom, sektor pertanian tetap bertahan? Melalui sektor pertanian kita membangun Bali, sekaligus menjaga Bali agar lestari.
Read more ...

LANGKAH STRATEGIS ATASI KRISIS LISTRIK

Oleh Drs. I Ketut Suweca, M.Si

Belakangan ini Bali benar-benar mengalami krisis kelistrikan. Krisis ini sesungguhnya sudah cukup lama didengungkan melalui berbagai media dengan maksud supaya masyarakat memahami dan menyadari keterbatasan sumber daya ini dan melakukan langkah-langkah penghematan. Akan tetapi, sepertinya kita kurang peduli dengan masalah ini, sehingga kebiasaan menggunakan listrik tidak kunjung mengalami perubahan ke arah penghematan. Pada akhirnya, kita semua berhadapan dengan kenyataan, antara lain dengan pemadaman bergilir. Kalau keadaan ini tidak segera diatasi, bukan mustahil kita akan mengalami black out yang kian lama. Kalau begitu, bisa dibayangkan apa akibat yang ditimbulkannya. Pada malam hari rumah-rumah menjadi gelap-gulita sehingga para murid tidak bisa belajar, para guru dan dosen tidak bisa mempersiapkan materi pelajaran yang akan diajarkan. Pada siang hari pabrik-pabrik besar dan kecil tak bisa berproduksi, kerajinan berskala rumah tangga yang menggunakan listrik tak bisa jalan, bengkel-bengkel tak bisa beroperasi, pelayanan kantor-kantor pemerintah menjadi terganggu, dan masih sederet daftar panjang akibat lainnya. Semuanya akan dirugikan. Oleh karena itu, tak ada pilihan lain selain melakukan langkah-langkah strategis untuk mengatasi keadaan ini sebelum menjadi kian parah.



Beberapa saran yang diajukan dalam mengatasi problema kelistrikan diantaranya, pertama, melakukan penghematan oleh semua konsumen pemakai listrik. Caranya? Antara lain, dengan memadamkan lampu yang tidak perlu. Kecuali untuk keadaan tertentu yang tidak bisa dihindari, usahakan untuk mematikan lampu pada siang hari. Upayakan memanfaatkan cahaya matahari secara tak langsung. Ini lebih hemat dan alamiah. Satu cara lagi untuk efisiensi listrik, yakni dengan mematikan lampu lebih pagi daripada biasanya dan menghidupkannya lebih malam dibanding biasanya. Misalnya, kalau kita biasa mematikan lampu di pagi hari pada pukul 06.00, sekarang mulai matikan lampu pada pukul 05.00. Jika kita biasa menghidupkan lampu pada pukul 18.00, kini kita mulai menghidupkannya pada pukul 18.30. Dengan demikian kita sudah melakukan efisiensi setiap harinya. Mengurangi daya watt lampu di beberapa titik yang tidak terlalu membutuhkan penerangan yang kuat merupakan langkah efisiensi juga. Pertimbangkan pula untuk mempergunakan lampu dan perabotan rumah tangga yang lebih hemat energi.

Kedua, mengadakan peningkatan kapasitas pembangkit listrik yang telah ada dan/atau membangun pembangkit baru dengan tenaga alam yang ramah lingkungan. Mungkin bisa dipertimbangkan pemanfaatan tenaga angin, tenaga air, atau tenaga surya, dan sebagainya. Sepanjang untuk kepentingan masyarakat umum dan dijamin tidak akan mencemari lingkungan, sudah selayaknya masyarakat welcome dengan pembangkit listrik yang dibangun pemerintah. Hendaknya dipahami bahwa investasi ini sangat bermanfaat bagi masyarakat luas dan menjadi kebutuhan manusia modern.

Ketiga, stop pencurian listrik. Pencantelan listrik secara diam-diam untuk menghindari pembayaran adalah tindakan yang tak bertanggung jawab dan melanggar hukum. Di samping menimbulkan kerugian di pihak negara, juga membawa resiko amat besar. Biasanya instalasi yang dipasang dengan cara mencuri-curi itu dibuat sekadarnya sehingga aspek keamanannya tidak diperhitungkan. Maka, monitoring terhadap masalah ini layak dilakukan secara periodik. Kalau pencurian listrik dapat diatasi berarti telah terjadi upaya penghematan. Berbarengan dengan itu, PLN pun seyogianya secara berkesinambungan meningkatkan kinerja internalnya sehingga dapat mengelola ketenagalistrikan ini dengan lebih efisien, efektif, transparan dan akuntable.

Keempat, perlu sosialisasi oleh PLN kepada masyarakat untuk berhemat listrik. Petugas bisa masuk dengan metode tatap-muka melalui banjar-banjar, sekeha, sekolah dan kampus. Kalau mempergunakan media, ada berbagai pilihan, mulai dari media tradisional hingga media modern. Media tradisional, misalnya pertunjukan bondres, wayang kulit, dan pesantian.. Yang penting, media tradisional yang dipilih bersifat komunikastif dan informatif. Pilihan media modern, dapat melalui radio, televisi, majalah, brosur, di samping situs web.

Gerakan penghematan pemakaian listrik tidak bisa ditunda lagi mengingat kita sedang mengalami krisis kelistrikan. Krisis ini tidak bisa ditanggulangi oleh pemerintah (baca: PLN) saja, tetapi mesti mendapat dukungan penuh dari berbagai pihak yang terkait. Mari kita berhemat sambil menunggu pembangunan pembangkit listrik baru yang ramah lingkungan dan/atau memperbesar kapasitas pembangkit yang sudah ada.
Read more ...