Bali “Clean and Green” dan Pembangunan Berkelanjutan

Oleh I Ketut Suweca

Gema gerakan Bali Clean and Green sudah mulai bergaung. Masyarakat sebagaian besar telah mengetahui hal ini melalui media massa. Tetapi gaung itu baru sebatas tahapan informasi/pengetahuan, belum banyak direspons ke tingkat implementasi. Oleh karena itu, sosialisasi gerakan ini yang disertai dengan contoh-contoh implementasi konkret di lapangan sangat dibutuhkan. Ini penting dalam rangka menggugah semua komponen masyarakat berperan aktif, misalnya dimulai dengan menanam sebuah pohon di pekarangan rumah masing-masing. Ajakan dan gerakan-gerakan real menjadi perlu agar kebijakan yang baik ini dapat bergulir dan sungguh-sungguh dilaksanakan oleh masyarakat Bali secara bahu-membahu dan berkesinambungan.
Kebijakan menuju Bali Clean dan Green benar-benar gagasan visioner dan penting, mengingat kini pembangunan di Bali sudah banyak sekali menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, seperti problema penanganan sampah, eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan, polusi udara yang menyesakkan, dan masih banyak lagi permasalahan di seputar kebersihan dan lingkungan. Tanpa kesungguhan untuk mengiplementasikan kebijakan itu melalui gerakan bersama, maka tak pelak lagi, Bali bukan tidak mungkin akan menjadi wilayah yang bopeng dan kumuh. Kalau sudah demikian, apa yang dapat kita banggakan lagi tentang Bali di masa datang?


Gerakan Bali Clean
Seperti dipaparkan di atas, Bali sudah kotor di sana-sininya. Perhatikanlah di beberapa sudut kota-kota di Bali. Masuklah ke gang-gang atau lorong-lorong kecil. Atau, lihatlah di beberapa titik di pinggiran kota, seperti Denpasar. Di situ tak sulit bagi pembaca untuk menemukan pemukiman-pemukiman kumuh yang kebanyakan dihuni oleh para pendatang. Bedeng-bedeng berderet-deret. Sampah berserakan. Bau menyengat menusuk hidung. Sanitasi benar-benar tak diperhatikan.
Dipahami bahwa permasalahan kebersihan lingkungan ini demikian kompleks. Kepadatan penduduk dengan kehadiran penduduk pendatang di samping memacu laju pertumbuhan perekonomian Bali, juga menyisakan problem kependudukan dan persoalan sanitasi dan tata ruang. Karena kebanyakan para pendatang tak cukup bekal untuk membeli rumah yang layak huni tetapi ingin menetap di Bali untuk nyambut gawe, akhirnya sebagaian dari mereka memilih tinggal di ‘rumah’ yang dibuat sekadarnya dengan menyewa tanah yang dimiliki penduduk asli. Menyedihkan sekali melihat Bali seperti ini. Di permukaan tampak asri dan apik, di belakang ternyata sudah mulai terdapat bagian-bagian yang kumuh dan kotor. Di sinilah gerakan Bali Clean menjadi sangat relevan dilaksanakan.
Gerakan Bali Green
Seperti halnya kebersihan, aspek kehijauan juga perlu mendapatkan perhatian. Bali yang hijau tentu bukan karena di-cat hijau, melainkan lantaran Bali yang memelihara alamnya yang masih pure and natural sehingga tampak hijau. Penghijauan lingkungan sangat diperlukan, di samping karena alasan menjaga keindahan pemandangan alam yang dapat dinikmati oleh manusia Bali atau wisatawan, juga agar Bali menjadi lebih sehat dalam kualitas hidup manusia dan alamnya. Penanaman satu orang satu pohon kiranya ide yang sangat bagus. Kalau ini dilakukan secara berkesinambungan, niscaya Bali akan benar-benar menjadi Pulau Seribu Pura nan hijau. Udaranya bersih dan menyegarkan bagi semua orang yang menghirupnya.
Salah satu upaya menuju Bali Green adalah dengan memperhatikan pertaniannya. Sektor pertanian yang terjaga adalah salah satu cara untuk memelihara Bali agar senantiasa hijau. Pertanian sudah terbukti mampu menghidupkan para petani Bali. Dari pertanian dalam arti luas, dihasilkan beras dan bahan pangan lainnya. Cengkeh, kopi, anggur, mangga, sayur-mayur adalah sebagain saja dari hasil pertanian Bali. Maka, harus dijaga agar Bali tetap lestari dengan pertaniannya, juga supaya Bali tetap ajeg dengan kehijauannya. Dari sisi ketahanan ekonomi pun telah terbukti para petani kita mampu bertahan tatkala krisis ekonomi melanda dunia, bahkan menjadi tumpuan hidup saat penghasilan dari sektor pariwisata sedang anjlok.
Kalaupun sekarang Bali mengandalkan dunia pariwisata sebagai sumber penghasilan bagi sebagian penduduknya, sebaiknya pariwisata semakin bersinergi dengan sektor pertanian. Bentuk realnya diantaranya menerapkan agrowisata, desa wisata, dan sejenisnya, dengan memanfaatkan panorama alam dan hasil pertanian sebagai daya tarik. So, keep Bali natural!

Pembangunan Berkelanjutan
Bali perlu senantisa dibangun dalam kerangka pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development). Pembangunan seyogianya tidak melulu mengutamakan pertumbuhan ekonomi sehingga akan mengeksploitasi sumber daya alam secara berlebihan, melainkan juga dengan serius memikirkan kesinambungannya di masa depan. Jangan sampai pembangunan menyisakan kerusakan alam lingkungan yang parah yang kemudian diwariskan kepada generasi berikutnya. Eksternalitas negatif pembangunan harus senantiasa berusaha ditekan sekecil mungkin.
Tujuan Gerakan Bali Clean and Green sejalan dengan pembangunan Bali secara berkelanjutan. Kedua pola aktivitas ini sama-sama menuju Bali yang lestari. Untuk mencapai keberhasilan, dibutuhkan sinergi, baik dalam penyusunan program maupun dalam pelaksanaanya. Semua komponen masyarakat di Pulau Dewata perlu dilibatkan dalam gerakan ini.
Semoga tulisan singkat ini dapat menjadi penggugah bagi kita semua untuk segera memulai dan tidak saling menunggu. Mari selamatkan Bali dari kekumuhan dan selamatkan Bali dari eksploitasi alam yang berlebihan. Jadikan Bali hijau, bersih, asri berseri.
Catatan : Tulisan ini telah dimuat di koran Bali Express, tgl 18 September 2010, hal. 4.

0 Response to "Bali “Clean and Green” dan Pembangunan Berkelanjutan"

Posting Komentar