Pentingnya Membangun Mindset

Oleh I Ketut Suweca

Salah satu tujuan utama berdirinya suatu negara adalah untuk mencapai kesejahteraan rakyatnya. Kesejahteraan bersama adalah alasan mengapa suatu bangsa mengikatkan diri ke dalam sebuah organisasi yang disebut negara. Negara dalam hubungan ini diharapkan akan dapat mengantarkan rakyatnya untuk mengorganisir segala potensi sumber daya yang tersedia untuk diaktualisasikan guna mencapai kesejahteraan bersama. Peningkatan diri ke dalam sebuah negara tidak akan dilakukan dengan penuh kesadaran kalau negara tidak memiliki kemampuan mensinergikan semua sumber daya untuk meraih cita-cita bersama, yaitu kesejahteraan.
Bagi Indonesia, konsep kesejahteraan itu telah secara jelas dicantumkan di dalam Pembukaan UUD 1945. Pada alinea kedua disebutkan, “perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia yang merdeka, berdaulat adil dan makmur”. Selanjutnya, pada alinea keempat Pembukaan UUD 1945 disebutkan tentang cita-cita bangsa Indonesia, yaitu untuk antara lain “memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa”
Pasal 28 H ayat (1) menyebutkan, bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Pasal 33 ayat (4) mencantumkan bahwa perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serata dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. Lalu, pada pasal 34 ayat (2) yang mengatur tentang kesejahteraan sosial secara jelas disebutkan bahwa negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.



Peningkatan Kesejahteraan

Pembangunan yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap, lambat laun telah mengantarkan rakyat Indonesia ke arah kehidupan yang lebih baik, kesejahteraan lahir maupun kesejahteraan batin. Membangun berarti meningkatkan kesejahteraan rakyat, sekaligus juga berarti mengentaskan kemiskinan, kebodohan, dan berbagai keterbelakangan lainnya. Tidak hanya diatur di dalam dasar negara, tidak pula hanya diatur di dalam konstitusi, kesejahteraan rakyat sudah diwujudkan menjadi program negara melalui pemerintah dari tahun ke tahun. Melalui berbagai program yang terkoordinasi dengan baik diharapkan kesejahteraan rakyat dapat ditingkatkan secara bertahap.
Pada era kepemimpinan Soeharto, sangat populer program pengentasan kemiskinan yang disebut dengan Inpres Desa Tertinggal (IDT). Dengan program IDT tersebut masyarakat mendapat fasilitas untuk meningkatkan perekeonomiannya demi peningkatan kesejahteraan. Setelah IDT, pada era reformasi digulirkan Program Pengembangan Kecamatan (PPK) yang selama dilaksanakan dinilai berhasil. Beberapa keberhasilan PPK diantaranya berupa penyediaan lapangan kerja dan pendapatan bagi kelompok rakyat miskin, di samping berhasil menumbuhkan kebersamaan dan parstisipasi masyarakat.
Mulai tahun 2007 pemerintah Indonesia mencanangkan Program Nasional pPemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri yang terdiri dari PNPM Mandiri Perdesaan, PNPM Mandiri Perkotaan, serta PNPM Mandiri wilayah khusus dan desa tertinggal. Program ini pun diharapkan akan dapat mengurangi kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakang lainnya, sekaligus meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.
Semua program pemerintah sebagaimana sekilas telah dipaparkan di atas, sangat dibutuhkan sehingga perlu terus-menerus dilanjutkan dan diperbaharui dengan program-program sejenis di masa mendatang. Upaya-upaya yang dilaksanakan melalui program yang terintegrasi dan benar-benar menyentuh kepentingan rakyat menjadi sangat penting dilanjutkan sehingga secara bertahap dapat mengentaskan rakyat Indonesia dari berbagai bentuk keterbelakangan.
Aspek pemberdayaan masyarakat sangat penting dalam pembangunan manusia Indonesia. Dengan program-program yang disediakan pemerintah, masyarakat menjadi lebih berdaya, lebih memiliki kemampuan untuk mandiri, bukan sebaliknya rakyat menjadi lebih tergantung kepada pemerintah. Jadi, program pembangunan yang ideal adalah program yang mampu memberdayakan rakyat sehingga dapat hidup mandiri.

Pentingnya Membangun Mindset

Acapkali dikatakan bahwa yang dibangun adalah manusia Indonesia, bukan hanya fisiknya, bahkan juga rohaninya. Bukan hanya materi yang diperlukannya, bahkan juga mental spiritualnya. Dari sisi mental spiritual atau rohani, disini perlu dibangun mindset/cara berpikir tertentu dalam menghadapi kehidupan. Dengan mindset yang selaras dengan kemajuan material, rakyat dapat menjaga dan memelihara bahkan meneruskan laju pembangunan, bukannya terpuruk kembali ke belakang karena mindset yang tidak sesuai. Persoalan mindset adalah persoalan penting dalam pembangunan manusia, karena mindset yang maju akan dapat menarik kemajuan di bidang material. Artinya, perlu mindset tertentu untuk menjadi sejahtera lahir dan batin. Jika tidak, tak pelak lagi, pembangunan menjadi tidak seimbang, sangat riskan terhadap kemungkinan terpuruk kembali ke jurang kemiskinan dan mengakibatkan tingkat ketergantungan yang kian parah.
Dalam hubungan dengan minset ini, ada contoh dari situs pratolo.com yang cukup menarik dan relevan dikemukakan sekadar sebagai ilustrasi. Oprah’s Show – sebuah talkshow paling populer di Amerika - pernah menayangkan seorang pengemis yang menemukan uang $100.000. Sebagai orang yang telah bekerja keras dan memiliki uang, Oprah berpikir bahwa lelaki pengemis itu pasti akan menaruh uangnya di bank, mengambil bunganya setiap bulan dan hidup lumayan dengan bunga tersebut. Itu juga dipikirkan para penontonnya. Pengemis tersebut kemudian mengakui bahwa ia membeli dua mobil – satu untuk dirinya, satu lagi untuk istrinya – dan menghabiskan $70.000. Sisanya ia gunakan untuk pulang ke kampung halaman dan membagikannya kepada sanak saudara untuk menunjukkan bahwa akhirnya ia memiliki uang dan sanaknya tidak boleh menghinanya lagi. Dalam waktu kurang dari setahun, uang itu ludes berikut kedua mobilnya, dan ia kembali mengemis di jalanan.
Ada lagi contoh lainnya sebagaimana dikemukakan oleh Alex P. Chandra (Bali Post,13 Juni 2010) dalam tulisannya yang berjudul Millionaire Mindset. Dikatakan, bahwa diperkirakan 90 persen dari jumlah uang yang beredar dikuasai oleh 10 persen populasi. Bayangkan 10 persen elite menguasai 90 persen kekayaan dunia. Dan, tulis Alex P Chandra, ketika dilakukan pemerataan, yaitu jika seluruh jumlah uang beredar di dunia dikumpulkan dan dibagi-bagi secara merata kepada kepada seluruh penduduk dunia, maka dalam waktu lima tahun, komposisinya kembali menjadi seperti semula. Yaitu, 10 persen populasi akan kembali menguasai 90 persen jumlah uang yang beredar. Mengapa bisa begitu?
“Well … my point is, the rich thinks the certain way, feels the certain way, and do the certain things certain way,” katanya. Orang kaya atau menjadi kaya karena mereka berpikir dengan cara tertentu, merasa dengan cara-cara tertentu, dan melakukan hal-hal yang tertentu pula yang tidak sama dengan orang-orang kebanyakan. Pada bagian lain artikel itu dikatakan, bahwa belief is everything. Tindakan kita pada dasarnya adalah berdasarkan apa-apa yang kita pikirkan dan percayai. Kalau belief kita mengatakan bahwa uang itu ‘jahat’ , maka sangat kecil kemungkinan kita menjadi kaya. Karena kalau kita menjadi kaya, maka kita menjadi orang ‘jahat’.
Penulis artikel ini menambahkan, bahwa pada kenyataannya ada orang-orang yang ‘membenci uang’. Tidak ada orang yang secara sadar membenci uang. Mereka adalah orang-orang yang percaya bahwa uang itu adalah akar segala kejahatan. Bahwa keinginan menjadi kaya berarti keserakahan. Kalau seperti ini mindset orang tersebut, maka kekayaan, kemakmuran, kesejahteraan atau apapun sebutannya, tak akan pernah datang kepadanya.
Melalui kedua ilustrasi di atas, dapat dipahami betapa persoalan mindset itu menjadi penentu utama pencapaian kemakmuran atau kesejahteraan. Dengan kata lain, kesejahteraan dimulai dari mindset yang positif. Sebaliknya, kemiskinan dan keterbelakangan pun dikarenakan oleh mindset yang negatif.
Mindset lama yang negatif, misalnya, mental ketergantungan, segala sesuatunya serba terbatas, kesejahteraan hanya untuk orang-orang tertentu yang dilahirkan bernasib baik, bagaimanapin tidak mungkin bagi saya untuk maju, kekhawatiran akan gagal. Mindset baru yang positif, misalnya, mental mandiri, segala sesuatunya berkelimpahan, orang bisa merubah sendiri nasibnya, semua orang bisa mencapai kemajuan tanpa perlu menyertakan kekhawatiran yang berlebihan.
Dengan demikian, pendekatan psikoekonomi yang terkait dengan permasalahan mindset dalam pembangunan ekonomi kerakyatan menjadi urgen. Dalam hubungan ini, perubahan mindset demikian dibutuhkan. Artinya, perlu dipertanyakan kembali apakah mindset rakyat selama ini sudah selaras dengan kemajuan yang hendak dicapai? Tidakkah mindset yang ada jutru kontradiktif dengan cita-cita pembangunan.
Mindset atau cara berpikir dipandang sangat menentukan berhasil tidaknya upaya menuju kesejahteraan. Karena, ada orang yang sebenarnya ingin sejahtera, tetapi pola pikirnya berbeda jauh dari keinginannya itu. Ada orang yang ingin maju, tetapi selalu khawatir kalau-kalau dia jatuh terpuruk di tengah jalan. Bayangkan kalau yang kekhawatiran itu menimpa suatu bangsa. Juga, bayangkan kalau keinginan maju itu itu, di rem sendiri oleh bangsa itu. Tentu saja bangsa itu tak akan mampu beranjak mencapai kemajuan.
Walaupun disebutkan mindset itu sangat diperlukan untuk dibangun, tetap saja program-program pembangunan fisik material harus terus dilaksanakan untuk mencapai kesejahteraan rakyat. Artinya, antara pembangunan mindset dengan pembangunan material, haruslah bersamaan. Kalau salah satu dari keduanya tertinggal, maka pembangunan akan timpang. Akan tetapi, yang terpenting jangan pernah meninggalkan pembangunan kualitas manusia melalui mindset-nya.***

0 Response to "Pentingnya Membangun Mindset"

Posting Komentar