Menghitung Dampak Pelaksanaan BBM Nonsubsidi

Oleh Drs. I Ketut Suweca, M.Si

Subsidi hanya layak diberikan untuk mereka yang tak mampu, tak terkecuali bagi usaha-usaha kecil yang baru tumbuh (infant). Tetapi, subsidi menjadi tidak tepat kalau diberikan kepada mereka yang mampu secara ekonomi. Kalau subsidi BBM yang selama ini diberikan pemerintah secara merata dan tanpa pembedaan kini dicermati dan diperhitungkan lagi, ini pertanda bagus. Pemerintah berencana memberlakukan subsisi BBM hanya untuk kendaraan tahun 2005 ke bawah. Sedangkan, kendaraan yang dibuat di atas tahun 2005 tidak lagi diberikan subsidi. Akibat kebijakan tersebut, akan ada dua jenis harga untuk BBM yang sama, yakni harga BBM bersubsidi dan harga BBM nonsubsidi. BBM bersubsidi tentu dibeli lebih murah daripada yang nonsubsidi. Mereka yang membeli BBM dengan kendaraan yang dibuat di atas tahun 2005 akan membayar lebih besar daripada mereka yang kendaraannya tahun 2005 ke bawah.
Akan tetapi, apakah secara teknis hal ini dapat dilaksanakan? Apakah untuk setiap kendaraan yang membeli minyak di SPBU harus diperiksa dulu STNK-nya sekadar untuk mengetahui angka tahun pembuatan kendaraan tersebut dus untuk menetapkan harga jual yang dipakai? Kalau hanya mengandalkan pengakuan dari pemilik, akankah efektif? Di dalam praktek hal ini sungguh rumit, tidak praktis dan jauh dari pelayanan prima lantaran memakan waktu lebih banyak. Jadi, perlu dipastikan seperti apa format pelaksanaannya di lapangan. Jangan sampai masyarakat dan petugas SPBU dibuat bingung dan kerepotan karenanya.
Dampak berikutnya dari subsidi terbatas ini ada pada harga mobil. Kendaraan -kendaraan tahun 2005 ke bawah akan kian laris. Orang akan beralih ke mobil yang berangka tahun pembuatan 2005 ke bawah. Karena permintaan semakin bertambah, sementara penawaran kurang-lebih tetap, niscaya harga mobil bekas akan naik tajam. Orang akan memilih menggunakan mobil bekas keluaran 2005 ke bawah dalam kegiatan transportasinya demi efisiensi BBM. Lalu, mobil keluaran di atas 2005, menjadi kurang menarik karena kurang efisien lantaran harus memakai minyak nonsubsidi yang harganya lebih tinggi. Alhasil, mobil bekas yang relatif lebih tua akan lebih banyak di jalan raya.
Salah satu dampak susulannya adalah kemungkinan semakin tingginya emisi gas karbon yang dikeluarkan. Lihatlah di jalan beberapa mobil tua yang tidak terpelihara dengan baik dipaksa jalan oleh pemiliknya. Mobil itu pun mengeluarkan emisi gas buang sebagai sisa pembakaran bahan bakar dari knalpotnya, mengepul ke udara dan dihirup oleh mereka yang ada di sekitarnya. Emisi gas buang dari mobil-mobil seperti itu akan membuat udara semakin kotor/polutif karena mengandung karbon monooksida (CO), berbagai senyawa hidrokarbon, oxida nitrogen, dll yang membahayakan kesehatan.
Diyakini bahwa adanya rencana pembenahan dalam pemberian subsidi ini didasari atas niat baik pemerintah. Dari penarikan subsidi BBM ini, diharapkan akan ada cukup dana untuk pembangunan di sektor-sektor lainnya, seperti peningkatan derajat kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Akan tetapi, dalam pengenaan BBM bersubsidi dan nonsubsidi ini hendaklah diperhitungkan dengan cermat teknis operasionalnya di lapangan, juga berbagai dampak ikutannya. Jangan sampai niat baik itu berakibat tidak baik hanya lantaran tidak diperhitungkan dengan benar segala resikonya.
Lalu, apa solusinya? Untuk lebih realistis dalam pelaksanaannya, yang ditiadakan cukuplah subsidi untuk mobil mewah yang, seharusnya, memakai bahan bakar minyak pertamak atau pertamak plus. Mobil yang dari pabriknya memang di-setting mengkonsumsi pertamak agar diisi dengan pertamak. Bukankah kini banyak mobil-mobil mewah dan baru yang mengalami gangguan pada fuel-pump-nya yang salah satunya ditengarai lantaran menggunakan bensin (yang mengandung sulfur melebihi batas), bukan pertamak?
Kebijakan mewajibkan mobil-mobil mewah kembali ke habitatnya di pertamak/pertamak plus akan menghasilkan sisa anggaran dari pengurangan subsidi terhadap jenis bahan bakar ini. Di samping itu, policy ini membuktikan keberpihakan pemerintah kepada rakyat kecil dan menengah sekaligus tidak mendorong masyarakat beralih ke mobil yang lebih tua usianya.

0 Response to "Menghitung Dampak Pelaksanaan BBM Nonsubsidi"

Posting Komentar