Isi Tulisan Adalah “Raja”

I Ketut Suweca

Di antara sekian hal penting dalam sebuah karya tulis, menurut Anda bagian manakah yang paling penting?  Ada pendapat, isinya-lah yang paling penting dalam sebuah tulisan. Bisa saja sebuah tulisan yang dikreasi sedemikian rupa agar tampak menarik, tapi kalau isinya terdiri atas hal-hal sudah diketahui umum, maka nilainya hampir tak berarti. Harus ada sesuatu yang laku  “dijual” pada sebuah karya.  Orang menyebut tulisan tanpa isi sama saja  dengan tulang tak berdaging.   Jadi,  isi (content) demikian penting.
Ada pula pendapat bahwa cara menuliskannya-lah yang terpenting.  Mengapa? Karena, kendati sebuah tulisan yang sesungguhnya mengandung hal-hal  berguna bagi pembaca namun jika tidak ditulis dengan baik, maka akan menjadi percuma. Tulisan yang tak disusun dengan baik -- tidak menggunakan sistematika yang seharusnya, melupakan EYD, sama sekali tidak menghiraukan penalaran -- seperti apa kira-kira jadinya? Kacau-balau, bukan? Orang  pasti  emoh membaca artikel semacam itu. Kalaupun, misalnya, ada yang  bersedia membaca, tak ada sesuatu  yang bisa  dipetik  dari sebuah tulisan yang telah “berhasil” membingungkan pembaca. Jadi, cara/teknik mengungkapkan pikiran melalui bahasa tulis  juga sangat penting.
Akhirnya, mungkin kita sepakat bahwa bukan hanya “apa”-nya yang penting, bahkan juga “bagaimana”-nya pun urgen. Jadi, isi tulisan dan cara membahasakannya sama-sama penting, tak ada salah satu yang lebih penting di antara keduanya.
“Content is the king. Language is the queen,” ujar  Jakob Oetama sebagaimana ditulis St. Sularto dalam buku  “Syukur Tiada Akhir, Jejak Langkah Jakob Oetama”(Penerbit Buku Kompas, 2011: 265).
Selamat menulis sahabatku. Salam hangat.

0 Response to "Isi Tulisan Adalah “Raja”"

Posting Komentar