LANGKAH STRATEGIS ATASI KRISIS LISTRIK

Oleh Drs. I Ketut Suweca, M.Si

Belakangan ini Bali benar-benar mengalami krisis kelistrikan. Krisis ini sesungguhnya sudah cukup lama didengungkan melalui berbagai media dengan maksud supaya masyarakat memahami dan menyadari keterbatasan sumber daya ini dan melakukan langkah-langkah penghematan. Akan tetapi, sepertinya kita kurang peduli dengan masalah ini, sehingga kebiasaan menggunakan listrik tidak kunjung mengalami perubahan ke arah penghematan. Pada akhirnya, kita semua berhadapan dengan kenyataan, antara lain dengan pemadaman bergilir. Kalau keadaan ini tidak segera diatasi, bukan mustahil kita akan mengalami black out yang kian lama. Kalau begitu, bisa dibayangkan apa akibat yang ditimbulkannya. Pada malam hari rumah-rumah menjadi gelap-gulita sehingga para murid tidak bisa belajar, para guru dan dosen tidak bisa mempersiapkan materi pelajaran yang akan diajarkan. Pada siang hari pabrik-pabrik besar dan kecil tak bisa berproduksi, kerajinan berskala rumah tangga yang menggunakan listrik tak bisa jalan, bengkel-bengkel tak bisa beroperasi, pelayanan kantor-kantor pemerintah menjadi terganggu, dan masih sederet daftar panjang akibat lainnya. Semuanya akan dirugikan. Oleh karena itu, tak ada pilihan lain selain melakukan langkah-langkah strategis untuk mengatasi keadaan ini sebelum menjadi kian parah.



Beberapa saran yang diajukan dalam mengatasi problema kelistrikan diantaranya, pertama, melakukan penghematan oleh semua konsumen pemakai listrik. Caranya? Antara lain, dengan memadamkan lampu yang tidak perlu. Kecuali untuk keadaan tertentu yang tidak bisa dihindari, usahakan untuk mematikan lampu pada siang hari. Upayakan memanfaatkan cahaya matahari secara tak langsung. Ini lebih hemat dan alamiah. Satu cara lagi untuk efisiensi listrik, yakni dengan mematikan lampu lebih pagi daripada biasanya dan menghidupkannya lebih malam dibanding biasanya. Misalnya, kalau kita biasa mematikan lampu di pagi hari pada pukul 06.00, sekarang mulai matikan lampu pada pukul 05.00. Jika kita biasa menghidupkan lampu pada pukul 18.00, kini kita mulai menghidupkannya pada pukul 18.30. Dengan demikian kita sudah melakukan efisiensi setiap harinya. Mengurangi daya watt lampu di beberapa titik yang tidak terlalu membutuhkan penerangan yang kuat merupakan langkah efisiensi juga. Pertimbangkan pula untuk mempergunakan lampu dan perabotan rumah tangga yang lebih hemat energi.

Kedua, mengadakan peningkatan kapasitas pembangkit listrik yang telah ada dan/atau membangun pembangkit baru dengan tenaga alam yang ramah lingkungan. Mungkin bisa dipertimbangkan pemanfaatan tenaga angin, tenaga air, atau tenaga surya, dan sebagainya. Sepanjang untuk kepentingan masyarakat umum dan dijamin tidak akan mencemari lingkungan, sudah selayaknya masyarakat welcome dengan pembangkit listrik yang dibangun pemerintah. Hendaknya dipahami bahwa investasi ini sangat bermanfaat bagi masyarakat luas dan menjadi kebutuhan manusia modern.

Ketiga, stop pencurian listrik. Pencantelan listrik secara diam-diam untuk menghindari pembayaran adalah tindakan yang tak bertanggung jawab dan melanggar hukum. Di samping menimbulkan kerugian di pihak negara, juga membawa resiko amat besar. Biasanya instalasi yang dipasang dengan cara mencuri-curi itu dibuat sekadarnya sehingga aspek keamanannya tidak diperhitungkan. Maka, monitoring terhadap masalah ini layak dilakukan secara periodik. Kalau pencurian listrik dapat diatasi berarti telah terjadi upaya penghematan. Berbarengan dengan itu, PLN pun seyogianya secara berkesinambungan meningkatkan kinerja internalnya sehingga dapat mengelola ketenagalistrikan ini dengan lebih efisien, efektif, transparan dan akuntable.

Keempat, perlu sosialisasi oleh PLN kepada masyarakat untuk berhemat listrik. Petugas bisa masuk dengan metode tatap-muka melalui banjar-banjar, sekeha, sekolah dan kampus. Kalau mempergunakan media, ada berbagai pilihan, mulai dari media tradisional hingga media modern. Media tradisional, misalnya pertunjukan bondres, wayang kulit, dan pesantian.. Yang penting, media tradisional yang dipilih bersifat komunikastif dan informatif. Pilihan media modern, dapat melalui radio, televisi, majalah, brosur, di samping situs web.

Gerakan penghematan pemakaian listrik tidak bisa ditunda lagi mengingat kita sedang mengalami krisis kelistrikan. Krisis ini tidak bisa ditanggulangi oleh pemerintah (baca: PLN) saja, tetapi mesti mendapat dukungan penuh dari berbagai pihak yang terkait. Mari kita berhemat sambil menunggu pembangunan pembangkit listrik baru yang ramah lingkungan dan/atau memperbesar kapasitas pembangkit yang sudah ada.

0 Response to "LANGKAH STRATEGIS ATASI KRISIS LISTRIK"

Posting Komentar