I Ketut Suweca
Beberapa kali saya menulis di lapak ini tentang pentingnya editing sebelum sebuah artikel dikirim ke media massa. Akan tetapi, pembicaraan tentang pentingnya editing saja belum cukup. Diperlukan bagaimana cara mengedit tulisan sehingga hasilnya memuaskan. Di bawah ini penulis menyampaikan cara mengedit tulisan yang biasa penulis praktikkan sebelum menuntaskan dan mengirimkan sebuah artikel ke media yang diharapkan memuatnya. Inilah langkah jitu mengedit artikel dimaksud. Pertama, edit isi artikelnya. Hal pokok yang hendak dikomunikasikan oleh penulis kepada pembaca adalah konten tulisan. Terkait dengan pengeditan isi, kita dapat memeriksa apakah ide-ide yang hendak kita sampaikan sudah tertuang dengan pasti dan jelas dalam artikel kita? Jangan sampai, maksud menyampaian sejumlah ide dalam sebuah artikel, tapi yang tertulis hanya sebagian saja. Jadi, substansi artikel mesti mencerminkan isi yang dimaksudkan.
Kedua, edit ejaan dan tata bahasanya. Untuk hal ini, kita bisa mempedomani EYD dan tata bahasa yang sedang diberlakukan. Sebisanya para penulis bergerak dalam kaidah bahasa yang ditetapkan. Sekadar contoh, penulisan kata depan dan awalan paling sering dicampuradukkan. Mestinya, “di” sebagai awalan menyatu dengan kata kerja yang mengikutinya, sehingga yang benar bukan “di makan” melainkan “dimakan.” Selanjutnya, kata depan “di” sebagai penunjuk tempat semestinya lepas dari kata yang mengikutinya, sehingga yang betul bukan “dirumah” melainkan “di rumah.” Kuncinya: kalau di belakang “di” terdapat kata keterangan tempat, maka “di” harus dipisah dari kata yang mengikutinya. Hal ini tampak sangat sepele, tapi acapkali dilupakan atau kurang mendapat perhatian.
Ketiga, edit sistematika dan logikanya. Sistematisasi tulisan adalah hal wajib pada setiap artikel, makalah, dan tulisan lain apa pun jenisnya. Tulisan yang tak sistematis bisa membingungkan pembaca. Maka, sejak awal membuat kerangka tulisan mesti sudah ditetapkan mana ide yang akan ditempatkan pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya. Sistematika ini berkait erat dengan logika. Jika sistematika tidak baik, dapat dipastikan logikanya pun nggak jalan. Bisa jadi melompat-lompat atau tersendat-sendat. Dengan sistematika dan logika yang baik, para pembaca akan merasa bagai berenang mengikuti air mengalir, mudah memahami konten tulisan kita.
Keempat, edit kosa katanya. Setiap kali menulis, pertanyaan yang muncul adalah: sudahkah kosa kata artikel yang ditulis cukup kaya? Kekayaan perbendaharaan kata dapat dilihat dari variasi kata-kata yang dipakai dalam mengekspresikan pikiran ke dalam bahasa tulis. Kurangi pengulangan-pengulangan kata tertentu yang membuat tulisan monoton dan menjemukan. Kian beragam kosa kata yang digunakan, maka kian segar pula sebuah artikel. Variasi kata menjadi sebuah daya tarik tersendiri. Bagai gadis cantik, tulisan yang kosa katanya bervariasi, cenderung menarik pembaca untuk “mencumbui”-nya. Jangan pernah ragu menggunakan bahasa lain sebagai variasi, seperti bahasa Inggris dan bahasa daerah. Tak perlu terpaku memakai bahasa Indonesia dan alergi menyelipkan bahasa lain. Ingatlah, bahasa Indonesia pun terbentuk dari berbagai bahasa di dunia, termasuk bahasa daerah dan bahasa Inggris. Hanya saja, hendaknya tidak berlebihan. Pakailah seperlunya saja.
Kelima, edit teknik penyampaiannya. Setiap penulis tentu berharap agar tulisannya enak dibaca. Untuk mencapai itu, pilih kata-kata yang up to date dan familier dengan pembaca. Hindari penulisan yang zakelik, sehingga artikel kita terasa kaku dan membosankan. Usahakan tulisan kita bergaya populer. Akan tetapi, jangan pula hanya gara-gara ingin ngepop, lalu jadi berlebihan sehingga terkesan ceriwis dan main-main.
Ringkasnya, yang perlu kita edit sebelum menuntaskan sebuah artikel meliputi isi, ejaan dan tata bahasa, sistematika, logika, kosa kata, dan teknik penyampaiannya. Kalau kelima hal itu dilakukan, maka yakinlah tulisan kita akan berpeluang besar untuk dimuat di media seperti koran atau majalah.Beberapa kali saya menulis di lapak ini tentang pentingnya editing sebelum sebuah artikel dikirim ke media massa. Akan tetapi, pembicaraan tentang pentingnya editing saja belum cukup. Diperlukan bagaimana cara mengedit tulisan sehingga hasilnya memuaskan. Di bawah ini penulis menyampaikan cara mengedit tulisan yang biasa penulis praktikkan sebelum menuntaskan dan mengirimkan sebuah artikel ke media yang diharapkan memuatnya. Inilah langkah jitu mengedit artikel dimaksud.
Pertama, edit isi artikelnya. Hal pokok yang hendak dikomunikasikan oleh penulis kepada pembaca adalah konten tulisan. Terkait dengan pengeditan isi, kita dapat memeriksa apakah ide-ide yang hendak kita sampaikan sudah tertuang dengan pasti dan jelas dalam artikel kita? Jangan sampai, maksud menyampaian sejumlah ide dalam sebuah artikel, tapi yang tertulis hanya sebagian saja. Jadi, substansi artikel mesti mencerminkan isi yang dimaksudkan.
Kedua, edit ejaan dan tata bahasanya. Untuk hal ini, kita bisa mempedomani EYD dan tata bahasa yang sedang diberlakukan. Sebisanya para penulis bergerak dalam kaidah bahasa yang ditetapkan. Sekadar contoh, penulisan kata depan dan awalan paling sering dicampuradukkan. Mestinya, “di” sebagai awalan menyatu dengan kata kerja yang mengikutinya, sehingga yang benar bukan “di makan” melainkan “dimakan.” Selanjutnya, kata depan “di” sebagai penunjuk tempat semestinya lepas dari kata yang mengikutinya, sehingga yang betul bukan “dirumah” melainkan “di rumah.” Kuncinya: kalau di belakang “di” terdapat kata keterangan tempat, maka “di” harus dipisah dari kata yang mengikutinya. Hal ini tampak sangat sepele, tapi acapkali dilupakan atau kurang mendapat perhatian.
Ketiga, edit sistematika dan logikanya. Sistematisasi tulisan adalah hal wajib pada setiap artikel, makalah, dan tulisan lain apa pun jenisnya. Tulisan yang tak sistematis bisa membingungkan pembaca. Maka, sejak awal membuat kerangka tulisan mesti sudah ditetapkan mana ide yang akan ditempatkan pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya. Sistematika ini berkait erat dengan logika. Jika sistematika tidak baik, dapat dipastikan logikanya pun nggak jalan. Bisa jadi melompat-lompat atau tersendat-sendat. Dengan sistematika dan logika yang baik, para pembaca akan merasa bagai berenang mengikuti air mengalir, mudah memahami konten tulisan kita.
Keempat, edit kosa katanya. Setiap kali menulis, pertanyaan yang muncul adalah: sudahkah kosa kata artikel yang ditulis cukup kaya? Kekayaan perbendaharaan kata dapat dilihat dari variasi kata-kata yang dipakai dalam mengekspresikan pikiran ke dalam bahasa tulis. Kurangi pengulangan-pengulangan kata tertentu yang membuat tulisan monoton dan menjemukan. Kian beragam kosa kata yang digunakan, maka kian segar pula sebuah artikel. Variasi kata menjadi sebuah daya tarik tersendiri. Bagai gadis cantik, tulisan yang kosa katanya bervariasi, cenderung menarik pembaca untuk “mencumbui”-nya. Jangan pernah ragu menggunakan bahasa lain sebagai variasi, seperti bahasa Inggris dan bahasa daerah. Tak perlu terpaku memakai bahasa Indonesia dan alergi menyelipkan bahasa lain. Ingatlah, bahasa Indonesia pun terbentuk dari berbagai bahasa di dunia, termasuk bahasa daerah dan bahasa Inggris. Hanya saja, hendaknya tidak berlebihan. Pakailah seperlunya saja.
Kelima, edit teknik penyampaiannya. Setiap penulis tentu berharap agar tulisannya enak dibaca. Untuk mencapai itu, pilih kata-kata yang up to date dan familier dengan pembaca. Hindari penulisan yang zakelik, sehingga artikel kita terasa kaku dan membosankan. Usahakan tulisan kita bergaya populer. Akan tetapi, jangan pula hanya gara-gara ingin ngepop, lalu jadi berlebihan sehingga terkesan ceriwis dan main-main.
Ringkasnya, yang perlu kita edit sebelum menuntaskan sebuah artikel meliputi isi, ejaan dan tata bahasa, sistematika, logika, kosa kata, dan teknik penyampaiannya. Kalau kelima hal itu dilakukan, maka yakinlah tulisan kita akan berpeluang besar untuk dimuat di media seperti koran atau majalah.